Saturday, March 4, 2017

Kunjungan Raja Arabsaudi Raja Salman di Indonesia

Sumber:
Sabtu , 04 Maret 2017, 06:00 WIB
Selamat Datang Raja Salman
Red: Maman Sudiaman
Daan Yahya/Republika Asma Nadia
Asma Nadia

Oleh : Asma Nadia




REPUBLIKA.CO.ID, Belum pernah sepengetahuan saya, kunjungan kepala negara dipersiapkan begitu matang dan megah sebagaimana Raja Salman dari Saudi Arabia.

Sebanyak 1.500 anggota rombongan ikut mengiringi. Tersedia 20 pesawat mengantar logistik dan personel, tujuh di antaranya pesawat mewah milik kerajaan. Turut 25 pangeran dan 10 menteri mendampingi pemimpin berusia 81 tahun ini.

Lebih dari 10 ribu aparat disiapkan untuk mengamankan Sang Pelayan Haramain, 200 mobil mewah, 10 hotel di Jakarta dan Bali di-booking penuh, lift dan eskalator dihadirkan khusus agar sang raja—karena alasan kesehatan—tidak perlu naik turun tangga. Di Bali, helipad dan rumah sakit  disediakan secara eksklusif untuk menghadapi kemungkinan terburuk.

Sambutan masyarakat juga luar biasa, sekalipun akses terbatas serta diguyur hujan. Gambar raja beserta para pangeran viral di kalangan netizen. Media cetak maupun elektronik menjadikannya sebagai headline dan breaking news.

Pejabat turut antusias menyambut. Presiden Jokowi menemani dalam berbagai kesempatan. Anggota DPR bahkan di masa reses memenuhi kursi ruang sidang dan berlomba-lomba melakukan self potrait.
Lalu, apa yang membuat  penyambutan begitu gempar?

Kunjungan sang raja membuka sejarah, pengalaman baru, juga peluang bagi bangsa Indonesia. Di bidang keagamaan, keran kuota haji bertambah lebih dari 50 ribu jamaah dibanding tahun lalu.  Jika kedekatan terjaga, bukan mustahil bisa meminta  kuota negara lain yang tak terpakai.

Di bidang ekonomi dan kesejahteraan, tentu saja diharapkan  terjadi lompatan besar investasi Saudi Arabia.
Setidaknya ada 11 MoU ditandatangani. Sebelum kunjungan ini, nilai investasi negara petro dollar tersebut hanya mencapai USD 900 ribu atau sekitar 12 miliar saja,  menempatkan mereka sebagai investor di urutan ke-57. Kini, diperkirakan uang  sejumlah Rp 150 miliar digunakan kerajaan Saudi hanya untuk kedatangan ke Indonesia, belum termasuk belanja. Biaya  lawatan ini jauh lebih banyak dari investasi tahun lalu. Jadi tidak berlebihan jika berharap kucuran investasi meningkat signifikan.

Selama ini Arab Saudi lebih  memilih investasi dengan lembaga keuangan global. Bahkan sebuah  badan keuangan di Jepang mengelola keuangan  Negeri Minyak ini senilai 40 miliar (Rp 543 tiliun).

Setidaknya dengan kesepakatan  pendanaan kerja sama sebesar USD 7 miliar  (Rp 93 triliun), kalau terealisasi, membuka peluang sangat besar, karena KSA mulai berinvestasi di sektor riil dan memilih Indonesia sebagai salah satu mitranya. Lebih menarik lagi, investasi mereka tidak diembel-embeli dengan kewajiban warga negara investor ikut dalam proyek seperti Cina, atau kewajiban  melibatkan perusahaan asal negara investor seperti Cina atau Jepang.

Bukan mustahil investasi senilai USD 25 miliar (Rp 334 triliun) yang sempat diharapkan bisa masuk, jika Indonesia  mampu membuktikan diri sebagai partner yang menguntungkan. Kepribadian sang raja yang mengagumkan juga menjadi alasan ia disambut  penuh sukacita.

Sebagai seorang yang memiliki aset pribadi mencapai USD 18 miliar (Rp 240 triliun), dengan mudah beliau  mendermakan kekayaan untuk kemaslahatan umat. Termasuk ketika secara pribadi menyumbang 71 miliar rupiah   bagi para pengungsi Suriah,  sembari mengajak segenap masyarakat  di negerinya  ikut berdonasi.

Ia aktif menjaga  peninggalan budaya Islam. Di tangannya, sebuah perpustakaan yang berupaya melindungi warisan Islam, berhasil mengkoleksi satu juta lima ratus literasi termasuk manuskrip kuno. Sang raja juga mempunyai pengaruh yang mampu menggegerkan  dunia. Ingat, jika Saudi menghentikan produksi minyak, dunia akan tergoncang. Raja Faisal yang berkunjung ke Indonesia 47 tahun lalu sudah membuktikannya.

Akan tetapi, jika ada satu hal yang paling mengesankan bagi saya adalah ketika beliau menyambangi Istiqlal.
Dengan segala kekayaannya, dengan segala kekuasaannya.

Raja yang hafidz Qur’an sejak usia 10 tahun–secara rendah hati rutin mengulang hafalannya di depan para ulama, pun tidak keberatan dikoreksi jika terlupa— bertandang ke masjid dan menujukkan pada dunia, dia bukan siapa-siapa.
Ia bersujud di hadapan Allah,  berserah dan merendahkan diri. Seolah ingin mengatakan: Saya mungkin kaya dan berkuasa, tapi di mata Allah saya hanya hamba yang kecil. Semangat  itu setidaknya menular pada pejabat Indonesia yang  turut sholat, dan menunjukkan bahwa Allah-lah yang Maha Kuasa. Semoga terus melekat di hati.
Seorang mualaf,  mantan pekerja di Saudi bercerita tentang alasannya masuk Islam.

Ia menyaksikan seorang raja Arab Saudi yang meninggal, dibungkus kain kafan dan dikuburkan apa adanya.
"Bukankah itu jenazah raja yang sangat kaya dan berkuasa?" tanyanya  nyaris tak percaya.
"Ya," kata masyarakat setempat. "Tapi di hadapan Allah, setiap orang harus diperlakukan sama seperti manusia lainnya."

Peristiwa itu menyentuh hati dan membuatnya masuk Islam. Kehadiran Raja Salman telah memberikan banyak hal dan pembelajaran, bahkan sebelum investasi yang direncanakan benar-benar terlaksana.

Jadwal Acara Kunjungan Raja Salman di Indonesia
Berdasarkan informasi yang dihimpun, adapun jadwal Raja Salman di Indonesia sebagai berikut:

Pada 1 Maret 2017, pukul 12.30 WIB,  Raja Salman dan rombongan diperkirakan tiba di Bandara Halim Perdana Kusumah dan disambut oleh Presiden Joko Widodo.
Pukul 12.45 WIB, baik Raja Salman dan Presiden Jokowi dijadwalkan menuju Istana Bogor.
Kemudian, sekira pukul 16.50 WIB, Raja Salman meninggalkan Istana Bogor menuju Jakarta.
Pada hari Kamis, 2 Maret 2017, Raja Salman akan melakukan pertemuan dengan Ketua DPR RI Setya Novanto sekira pukul 13.00 WIB.
Pada pukul 13.45 hingga 14.15 WIB, Raja Salman dan rombongan dijadwalkan akan mengunjungi masjid Istiqlal, Sawah Besar, Jakarta Pusat. Sedangkan pada malam harinya, pukul 19.30 WIB, Raja Salman akan menerima Wapres RI Jusuf Kalla di Hotel Raffles, Setyabudi Jakarta Selatan.
Untuk hari Jumat dan Sabtu, 3 sampai 4 Maret 2017 merupakan jadwal pribadi Raja Salman beserta rombongan di Pulau Bali. Pada Sabtu, (4/03/2017) pukul 12.00 WIB, rombongan Raja Salman akan meninggalkan Jakarta menuju Bali via Halim Perdana Kusuma.
Jadwal liburan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud di Pulau Dewata, Bali, diperpanjang tiga hari.
Semula dijadwalkan Raja Salman dan rombongan akan berlibur pada 4-9 Maret 2017, diperpanjang menjadi hingga 12 Maret 2017.
Seperti dilaporkan Kantor Berita Antara, kepastian tersebut disampaikan Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Bali Ajun Komisaris Besar Hengky Widjaja di Denpasar, Selasa, 7 Maret 2017. Dia mengatakan, pihaknya telah menerima surat tembusan dari Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta kepada Kementerian Luar Negeri RI. Dalam surat Kedutaan Besar Arab Saudi itu disebutkan bahwa Raja Salman berkeinginan untuk memperpanjang masa liburannya di Bali sampai 12 Maret 2017.
Pihak Kedubes Arab Saudi juga menyampaikan rasa hormat dan penghargaan setinggi-tingginya pada Kementrian Luar Negeri RI.
Kegiatan Raja Salman selama di Bali memang tidak dapat diekspos media. Minim sekali informasi mengenai kegiatan yang dilakukan rombongan kerajaan Arab Saudi selama menghabiskan liburan di pulau dewata.
Bahkan Kantor Berita Resmi Kerajaan Arab Saudi SPA (Saudi Press Agency) pun hingga hari Selasa, 7 Maret 2017 ini sama sekali tidak memberitakan kegiatan liburan Raja Salman di Bali.
Namun dapat dipastikan bahwa perpanjangan masa liburannya di Bali telah mendongkrak sektor pariwisata di Pulau Dewata itu. Perpanjangan masa liburan tersebut juga semakin mengindikasikan Raja Salman benar-benar menganggap Indonesia sebagai rumah keduanya.
"Raja Salman menganggap Indonesia rumahnya yang kedua karena selama kunjungannya di sini yang paling luar biasa," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla, saat mengantar Raja Salman bertolak ke Brunei Darussalam dari Bandara Halim Perdanakusuma, Sabtu, 4 Maret 2017 lalu.

Perpanjangan masa liburan Raja Salman di Bali juga menambah nilai kesejarahan dari kunjungan Raja Arab Saudi di Indonesia. ***


Baca juga: